Saat menghadapi tingkah laku anak yang susah diatur, ada kalanya Anda sebagai orang tua buru-buru ingin melarangnya dengan mengucapkan kata ‘tidak’ atau ‘jangan’. Apakah Anda termasuk yang pernah mengalami hal ini?
Melarang anak melakukan sesuatu merupakan hal yang wajar karena Anda tentunya ingin selalu menjaganya. Selama ini, terdapat perdebatan mengenai apakah boleh atau tidak boleh mengatakan ‘tidak’ atau ‘jangan’ pada anak. Padahal, sebetulnya permasalahan utamanya bukan terletak pada boleh atau tidak boleh, melainkan kapan dan bagaimana cara orang tua mengatakannya.
Orang tua perlu memperhatikan cara yang tepat untuk mengatakan ‘tidak’ pada anak. Pada artikel ini, akan dijelaskan mengapa orang tua sebaiknya menghindari mengatakan kata ‘tidak pada anak, kapan kata ‘tidak’ bisa digunakan, serta beberapa cara yang dapat Anda terapkan saat mengatakannya. Yuk disimak!
Dapatkan Promo Harga Kursus Terbaik!*
Isi formulir di bawah ini untuk mendapatkan harga Kursus Terbaik bersama EF. Yuk, ikutan sekarang!
Terlalu sering mengucapkan ‘tidak’ atau ‘jangan’ pada anak untuk menunjukkan larangan dapat menimbulkan menurunnya rasa percaya diri anak karena ia merasa bahwa ia sering melakukan kesalahan. Anak pun akan merasa bahwa ruang gerak dan eksplorasinya semakin terbatas, serta menjadi takut untuk mencoba hal-hal baru.
Selain itu, jika diucapkan terlalu sering, fungsi kontrol yang ada dalam ‘tidak’ atau ‘jangan’ bisa hilang. Anak dapat menganggap itu adalah kata yang biasa dan tidak lagi menganggapnya serius. Hal ini dapat berbahaya karena pada saat-saat mendesak terjadi dan Anda melarangnya melakukan sesuatu, anak bisa mengabaikannya.
Pada keadaan yang mendesak dan anak Anda melakukan sesuatu yang dapat membahayakan dirinya, Anda dapat menggunakan kata ‘jangan’. Misalnya saat Anda melihat anak Anda mendekatkan tangannya ke api. Jika tidak terlalu sering diucapkan, kata ‘jangan’ menjadi lebih berarti bagi anak, dan ia pun tahu bahwa Anda serius saat mengatakannya.
Hindari mengatakan kalimat “Pokoknya tidak boleh” ketika anak bertanya kepada Anda mengapa ia tidak boleh melakukan hal yang Anda larang. Ketika Anda melarangnya melakukan sesuatu, berikan juga alasan yang logis mengapa Anda melarangnya. Jika tidak diberikan penjelasan yang masuk akal, bisa-bisa anak Anda malah bertindak nekat melakukan hal yang dilarang untuk mengetahui apa efeknya. Misalnya saat Anda melarangnya untuk bermain-main dengan api. Setelah mengatakan "Jangan dekat-dekat api", berikan penjelasan bahwa api bersifat panas dan dapat melukai kita jika tidak berhati-hati.
Dibandingkan terus menerus mengatakan kata ‘tidak’ atau ‘jangan’, Anda dapat mencoba mencari alternatif lain untuk mengatakan maksud Anda tanpa menyebut kata itu. Misalnya saat Anda ingin mengatakan "Jangan mencoret-coret tembok". Anda dapat menggantinya menjadi "Wah, adik senang menggambar ya. Menggambarnya di kertas saja, ya".
Contoh lainnya saat ia sedang memainkan dan membuang-buang makanan. Anda dapat mengatakan "Makanan itu bukan untuk untuk dibuang-buang, tapi untuk dimakan. Yuk, makannya lakukan dengan benar".
Sebelum melarangnya melakukan sesuatu, penting bagi Anda untuk memberikan alasan yang logis dan membuat kesepakatan dengannya. Dengan begini, anak menjadi tahu batasan yang boleh atau tidak boleh ia lakukan, berikut konsekuensi yang dapat ia hadapi jika melanggar kesepakatan tersebut. Saat membuat kesepakatan, sebaiknya Anda pun mengajaknya berdiskusi dengan memintanya memberikan pendapat juga.
Misalnya saat Anda ingin menentukan batasan penggunaan gadget pada hari-hari weekday. Tanyakan juga pendapat anak mengenai hal tersebut dan diskusikan konsekuensi apa yang akan berlaku jika kesepakatannya dilanggar. Dengan demikian, Anda dan anak Anda dapat mencari titik tengah yang tidak merugikan siapa pun, dan anak pun merasa dihargai karena pendapatnya didengar.
Dalam melakukan hal-hal di atas, tentu saja dibutuhkan konsistensi. Pada saat awal-awal melakukannya, ada kalanya Anda masih terdorong untuk masih melontarkan kata ‘tidak’ atau ‘jangan’ tanpa disertai penjelasan. Semuanya memang perlu waktu, tapi semakin Anda konsisten dan terbiasa melakukannya, maka akan semakin mudah untuk dilakukan.
Selain itu biasakan juga anak Anda untuk mengutarakan pikirannya tentang larangan-larangan yang telah Anda terapkan. Kebiasaan menyampaikan pendapat dan berdiskusi ini harus terus dilatih. Di EF, kini hadir program Speak Up!, yaitu program yang mengajak anak usia 7-18 untuk melatih kemampuan berbicara mereka melalui topik-topik yang mereka suka.
Selain semakin melatih kemampuan berbicara bahasa Inggris anak, program ini pun dapat mengasah kepercayaan diri mereka.
Penasaran? Segera cek kejutan seru di November dan jadi bagian dari program ini!