Guru adalah sosok pahlawan yang sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Dengan kesabaran dan ketulusan hati, mereka mengajar, membimbing, dan mendidik murid-murid mereka meskipun menghadapi banyak tantangan.
Untuk menghargai jasa para guru di seluruh dunia, terdapat penghargaan internasional bertajuk Global Teacher Prize yang diadakan oleh Varkey Foundation. Penghargaan ini diberikan setahun sekali kepada seorang guru yang dinilai telah memberikan kontribusi luar biasa terhadap dunia pendidikan. Apakah kamu ingin tahu siapa saja yang pernah memenangkan penghargaan ini pada 3 tahun terakhir? Yuk simak profil dan kiprah guru-guru terbaik di dunia ini!
Dapatkan Promo Harga Kursus Terbaik!*
Isi formulir di bawah ini untuk mendapatkan harga Kursus Terbaik bersama EF. Yuk, ikutan sekarang!
Peter Tabichi adalah soerang guru sains yang mengajar di Keriko Mixed Day Secondary School, desa Pwani, Kenya. Desa ini termasuk area terpencil di negara tersebut yang masih dilanda masalah seperti kekeringan air dan kelaparan. 95% muridnya berasal dari keluarga miskin dan banyak di antaranya yang sebelumnya pernah putus sekolah, telah menikah dan hamil dini, dan menjadi pecandu narkoba. Maka, tentu saja Tabichi mengemban tugas yang tidak mudah. Ia harus mengajar di tengah fasilitas ruang kelas seadanya, kondisi internet yang buruk, dan rasio perbandingan siswa dan guru adalah 58:1.
Namun, ia tidak menyerah. Dengan kegigihannya, ia membentuk Klub Sains di sekolah tersebut dan sukses mengantarkan murid-muridnya memenangkan berbagai kompetisi sains nasional dan internasional, termasuk penghargaan dari Royal Society of Chemistry di Inggris. Sekolah tempat Tabichi mengajar pun kini dipandang sebagai salah satu sekolah terbaik di Kenya. Lambat laun, rasa kepercayaan diri para murid di sekolah itu ikut meningkat. Banyak para muridnya yang kini mengenyam pendidikan hingga tingkat universitas. Kehebatan Peter Tabichi tidak berhenti sampai di sini. Ia juga selalu mendonasikan 80% penghasilan bulanannya untuk membantu orang-orang yang kurang mampu. Luar biasa sekali, bukan?
Andria Zafirakou adalah seorang guru kesenian yang mengajar di Alperton Community School, Brent, London Utara. Lingkungan tempatnya mengajar ini termasuk salah satu wilayah dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Inggris. Selain itu, para muridnya juga datang dari beragam latar belakang etnik. Terdapat sekitar 130 bahasa yang digunakan di komunitas tersebut. Menghadapi hal ini, Andria berusaha keras untuk merancang ulang rencana pelajaran di sekolah itu agar bisa sesuai dengan kebudayaan setiap muridnya dan tidak mendiskriminasi siapa pun.
Ia pun belajar percakapan dasar 35 bahasa yang digunakan sehari-hari oleh keluarga muridnya, seperti bahasa Gurajat dan Tamil. Dengan begitu, ia dapat menjalin komunikasi yang lancar dengan para orang tua dan juga muridnya. Karena merasa dirangkul dengan baik, para muridnya pun menjadi tambah semangat belajar. Dedikasi Andria berhasil membuat sekolah Alperton menjadi salah satu sekolah terbaik di Inggris. Sekolah ini sukses meraih penghargaan Institute of Education's Development Mark Profesional, sebuah gelar kehormatan yang hanya pernah diraih kurang dari 10 sekolah di Inggris.
Maggie Macdonnell adalah seorang guru asal Kanada. Ia sehari-hari mengajar di sebuah desa bernama Saluit, yang merupakan pemukiman orang-orang Inuit. Desa ini terletak di wilayah Kanada yang dekat dengan lingkaran Arktik. Wilayah tersebut hanya berpopulasi 1.300 jiwa dan saking terpencilnya hanya bisa diakses melalui jalur udara. Sepanjang tahun, suhu udara di sana sangat dingin, dan pada musim dingin bisa mencapai -25 derajat celcius. Tantangan yang dihadapi oleh Macdonnell tidak hanya itu. Di Saluit, jumlah guru sangat sedikit karena kondisi ekstrem yang ada. Ada juga banyak masalah sosial yang menimpa para remaja di sana, seperti tingginya kasus bunuh diri, maraknya kehamilan dini, hingga kekerasan seksual.
Bukannya menyerah, MacDonnell justru tertantang untuk membantu menyelesaikan masalah pendidikan dan sosial di sana. Selain mengajar pelajaran akademik di dalam kelas, ia aktif mengadakan berbagai program untuk mengatasi masalah yang ada. Contohnya seperti membuat pelatihan-pelatihan yang mengembangkan keterampilan siswa, menyediakan tempat fitness agar para siswanya hidup lebih sehat, dan menginisiasi program makan sehat gratis di sekolah. Usahanya ini membuahkan hasil karena ia berhasil menekan angka bunuh diri di sana. Selain itu, ia juga mendedikasikan diri menjadi orang tua asuh bagi beberapa orang siswanya yang merupakan masyarakat Inuit.
Hebat sekali, ya ketiga guru ini. Meskipun menghadapi banyak tantangan dan keterbatasan akses, para guru ini tidak menyerah dan tetap bersemangat untuk mengajar para muridnya. Atas jasa dan pengabdian yang sudah dilakukan, mereka mendapatkan hadiah sebesar 1 juta dollar AS.
Nah, apakah kamu juga mengenal guru yang menurutmu sangat berjasa dan inspiratif seperti mereka? Jangan lupa untuk mengapresiasi dan menghormati guru-gurumu, ya!