Ada banyak sekali pengarang dan sastrawan dunia yang memiliki pengaruh besar terhadap perubahan dunia atau perubahan kebudayaan secara menyeluruh atau hanya secara literasi. Siapa saja mereka? Yuk kenalan dengan 3 pengarang dari benua Amerika yang paling terkenal!
Pada dasarnya, tugas seorang sastrawan memang sangat bersinggungan dengan kebudayaan masyarakat. Sastrawan dituntut mampu membangun dan mengembangkan kebudayaan agar masyarakat menjadi lebih maju. Selain hal tersebut, banyak juga sastrawan yang menjadikan kejadian historis menjadi sebuah mahakarya, misal Tetralogi Buru milik Pramoedya Ananta Toer. Lalu bagaimana dengan sastrawan Amerika? Mari kita lihat profil tiga tokoh yang sudah dipilih dari ratusan sastrawan di Benua Amerika.
Dapatkan Promo Harga Kursus Terbaik!*
Isi formulir di bawah ini untuk mendapatkan harga Kursus Terbaik bersama EF. Yuk, ikutan sekarang!
Ernest Hemingway
Ernest Hemingway merupakan salah satu sastrawan besar di benua Amerika. Ia lahir di Oak Park Illinois pada 21 Juli 1899. Ernest Hemingway merupakan anak dari Clarence Edmonds dan Grace Hall Hemingway. Hemingway kecil diharapkan menjadi penyanyi oleh ibunya yang juga memiliki bakat menyanyi. Tapi Hemingway justru mengikuti jejak sang ayah yang suka berburu dan memancing.
Pengalaman menulis pertama Hemingway muncul ketika di SMA. Tulisannya diterbitkan oleh surat kabar dan majalah sekolah yang bernama Trapeze dan Tabula. Setelah lulus ia mengawali karir kepenulisannya sebagai reporter di The Kansas City Star. Meskpiun tidak lama, tapi gaya penulisan di The Kansas City Star memengaruhi gaya penulisan Hemingway yang lugas dan ringkas. Akhirnya gaya penulisannya itu mengubah gaya penulisan bahasa Inggris di abad ke-20.
Ernest Hemingway setidaknya sudah terlibat dalam tiga perang, yaitu Perang Dunia I, Perang Saudara di Spanyol, dan Perang Sino-Jepang. Tapi Hemingway justru lebih terikat pada Perang Dunia I dan Perang Saudara di Spanyol. Pengalaman perangnya di Italia membuatnya mendapatkan gelar Croce de Guerra karena jasa-jasanya. Beberapa pengalamannya di Italia pun masuk di dalam bukunya yang berjudul A Farewell to Arms. Pada Perang Saudara di Spanyol, Ernest Hemingway melakukan dokumentasi. Ia juga memproduksi film yang pro terhadap Republikan dengan judul The Spanish Earth. Dari pengalaman perangnya di Spanyol, Hemingway menciptakan novel yang berjudul For Whom the Bell Tolls.
Penghargaan tertinggi yang pernah didapatkan Ernest Hemingway adalah Penghargaan Nobel pada tahun 1954. Alasan Hemingway mendapatkan penghargaan adalah karena keberaniannya dan gaya penulisannya yang membentuk seni narasi modern. Gaya penulisannya itu tertuang di dalam novelnya yang berjudul The Old Man and The Sea.
Pada tahun 1960-an, Hemingway mengidap penyakit hepatitis. Kesehatannya pun menurun dan Hemingway mulai dilanda stres. Ia sudah mencoba melakukan terapi fitok sorot untuk mengobati penyakitnya. Namun, tak ada perubahan dan kesehatannya terus menurun. Pada 2 Juli 1961, akhirnya Ernest Hemingway bunuh diri dengan menembak dirinya menggunakan senapan kesayangannya.
Karyanya yang berjudul For Whom The Bell Tolls juga pernah diadaptasi menjadi lagu oleh band rock asal Amerika, Metallica. Lagu ini menceritakan isi dalam novel yang ditulis oleh Ernest Hemingway, yaitu tentang lima tentara yang sedang mengemban misi menghancurkan jembatan. Lagu For Whom The Bell Tolls pun sangat dikenal oleh kalangan pencinta musik-musik rock.
Edgar Allan Poe
Entah mengapa beberapa seniman pada abad 19 ke bawah, hidupnya selalu terikat pada kesengsaraan. Misalnya Vincent Van Gogh dan Edgar Allan Poe. Edgar Allan Poe adalah pria kelahiran Boston, 19 Januari 1809 yang merupakan anak dari aktor dan aktris David dan Eliza Poe. Setahun setelah kelahiran, ayahnya meninggalkan keluarganya. Dan setahun kemudian ibunya meninggal. Poe menjadi yatim piatu hingga kemudian John dan Frances Allan mau mengadopsi Poe meskipun tidak secara resmi. Poe sendiri akhirnya menambahkan nama ‘Allan’ di tengah namanya.
Hidup Poe tidaklah mudah. Masalah ekonomi membuat Poe dikeluarkan dari University of Virginia. Hal itu juga menyebabkan Poe bertengkar dengan Allan. Poe pergi dari pengasuhnya dan mendaftar ke Angkatan Darat. Ia hanya bertahan selama dua tahun. Gagal dalam militer membuat Edgar Allan Poe menggiati aktivitas kepenulisannya. Pada tahun 1927, karya pertamanya pun terbit dengan judul Tamerlane and Other Poems.
Edgar Allan Poe mulai bekerja sebagai kritikus sastra dan editor di beberapa jurnal sastra. Dari situ Edgar Allan Poe mulai dikenal dari gaya tulisan dan kritikannya. Meskipun begitu, hidup Poe tidak menjadi bahagia. Edgar Allan Poe terus berusaha membiayai kehidupannya dari kegiatan menulis. Karena hal tersebut Edgar Allan Poe menjadi orang pertama yang membiayai kehidupannya dari dunia kepenulisan.
Pada tahun 1835, Edgar Allan Poe menikahi Virginia Clemm, sepupunya sendiri. Setelah menikah dengan Clemm, dua tahun mendatang mahakaryanya naik ke permukaan. The Raven, judul dari mahakarya Edgar Allan Poe. Karya laris dan sukses tapi sayangnya sang istri tercinta harus meninggal karena sakit yang dideritanya. Semenjak kematian istrinya itu, Poe menjadi sangat tertekan. Ia mengonsumsi obat-obatan, alkohol, hingga opium.
Edgar Allan Poe meninggal pada 7 Oktober 1849 dengan sangat misterius. Ia ditemukan dalam keadaan mengenaskan oleh Joseph W. Walker yang sedang melintas. Ia kemudian dibawa ke Washington Medical College. Beberapa hari sejak dirawat di rumah sakit, Poe akhirnya meninggal.
Poe memiliki peranan besar dalam memunculkan genre sastra terbaru. Sebagai salah satu pemimpin Gerakan Romantik Amerika, semua tulisannya selalu berkisah tentang horor gore, gothic, dan misterius. Karyanya berjudul The Black Cat bahkan digadang-gadang sebagai cerita yang paling menakutkan. Setelahnya, muncul karyanya yang terbilang segar berjudul The Murders in the Rue Morgue. Cerita ini dikatakan sebagai cerita detektif modern pertama di dunia. Bahkan diadaptasi ke dalam medium lainnya. Dari karyanya tersebutlah muncul Sherlock Holmes yang ditulis oleh Conan Doyle dan Hercule Poirot yang diciptakan oleh Agatha Christie. Hal ini yang membuat Edgar Allan Poe menjadi pembawa genre baru dalam kesusastraan. Beberapa orang bahkan berpendapat bahwa Edgar Allan Poe menjadi pelopor dari genre science-fiction.
Gabriel Garcia Marquez
Gabo, sapaan akrab dari Gabriel Garcia Marquez yang lahir pada 6 Maret 1927 di Arataca, Colombia ini merupakan pelopor dari genre sastra realisme magis. Anak sulung dari 12 bersaudara, ia dilahirkan dari ayah bernama Gabriel Elijio Garcia dan ibu bernama Luisa Santiaga Marquez. Ketika kecil Gabo bersama saudaranya tinggal di kediaman kakek dan neneknya. Kakeknya yang merupakan orang militer mengajarkan humanisme kepada Gabo.
Karirnya dimulai sebagai wartawan di surat kabar bernama El Spectador, surat kabar harian di kota Bogota. Pada tahun 1950, Gabo menulis artikel yang menyulut kemarahan diktator militer Gustavi Rojas Pinila. Dampkanya adalah ia harus migrasi ke Eropa. Setelahnya ia kembali ke kota asalnya dan bekerja dengan penerbitan yang berbasis di Venezuela dan Kuba. Pada tahun 1958 Gabo menikah dengan Mercedes Barcha Pardo. Gabo juga pernah bekerja di kantor berita Presa Latina di New York. Presa Latina merupakan kantor berita yang dibentuk pada rezim Fidel Castro.
Dalam dunia kepenulisan, Gabo menelurkan Cien Anos de Soledad atau One Hundred Years of Solitude. Karya ini merupakan salah satu mahakarya yang diciptakan oleh Gabriel Garcia Marquez. Karyanya tersebut menjadi perbincangan di dunia internasional. Bukunya bahkan terjual sampai 10 juta eksemplar pada terbitan pertama. Dan dari novelnya itu ia mulai memperkenalkan genre realisme magis. Akibatnya, Gabo diganjar penghargaan Nobel pada tahun 1982.
Novel Cien Anos de Soledad menceritakan tentang sebuah desa di Amerika Selatan yang jauh dari kota dan peradaban. Di desa ini hal-hal supranatural dianggap wajar dan biasa. Novel ini merupakan interpretasi dari sejarah Kolombia dari awal hingga saat ini. Karya lainnya yang muncul pada tahun 1985 adalah El amor en los tiempos del kolera atau Cinta di Tengah Wabah Korela yang terinspirasi dari kisah percintaan orang tuanya. Karyanya ini juga mendapat atensi besar di kancah internasional.
Pada tahun 1999, Gabriel Garcia Marquez didiagnosis mengidap kanker limfatik. Meskipun begitu Gabo tidak pernah menyerah. Ia terus menulis dan menciptakan beberapa karya seperti Vivir para contarla atau Living to Tell the Tale pada tahun 2002. Karyanya kali ini lebih sebagai memoar dirinya dalam 30 tahun terakhir. Novel terakhirnya adalah Memoria de mis putas tristes atau Memories of My Melancholy Whores pada 2004. Sepuluh tahun setelahnya, pada 17 April 2014, Gabriel Garcia Marquez meninggal akibat paru-paru basah.
Realisme magis yang dibawanya membawa pengaruh yang sangat besar bagi kesusastraan dunia. The Atlantic bahkan pernah menyebut bahwa gaya tulisan Gabriel Garcia Marquez merupakan acuan paling ideal tentang realisme magis. Hal itu dapat dilihat dari unsur fantasi yang dimasukkan ke dalam latar realistis. Sihar Ramses pun dalam artikelnya yang berjudul Rawannya Sejarah Novel Kita mengatakan realisme magis milik Gabriel Garcia Marquez merupakan perpaduan pandangan tokoh mitologi masyarakat dengan menggabungkan cerita magis dengan sejarah sosial yang berlaku. Di Indonesia, ada dua penulis yang menggunakan genre penulisan realisme magis, yaitu A.S. Laksana dan Eka Kurniawan. Hal itu menggambarkan betapa berpengaruhnya genre yang diciptakan oleh Gabriel Garcia Marquez pada kesusastraan dunia.